BANDARLAMPUNG, BUMIWAWAY.ID – Bau tak sedap dan menyengat dari sampah yang ada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung serta asap yang muncul sempat menjadi hambatan tersendiri dari para petugas pemadam kebakaran dan penyelamatan kota Bandarlampung, Selasa (24/10).
Hal tersebut di ungkapkan langsung oleh Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan kota Bandarlampung, Anthoni Irawan. Ia mengatakan bahwa pemadaman kebakaran di TPA Bakung telah 100% selesai, dan dalam kesempatan ini, Anthoni memaparkan proses pemadaman api di TPA Bakung personil damkar sempat mengalami kendala seperti bau tak sedap dan menyengat serta asap yang timbul di TPA Bakung.
“Secara resmi pemadaman api dan asap di TPA Bakung telah selesai pada hari Jum’at (20/10) pada pukul 21.30 wib. Dari hari pertama sampai hari ke delapan banyak kendala yang dirasakan oleh petugas damkar, dimana kondisi di TPA Bakung ini adalah tempat sampah sehingga personil di lapangan harus bisa menyesuaikan diri dengan bau sampah yang dianggap cukup mengganggu,” paparnya.
Dia menerangkan bahwa personil damkar yang berada di lapangan selama delapan hari bekerja dalam memadamkan api yang dilakukan secara maraton dari pagi sampai malam hari.
“Tapi Alhamdulillah, meskipun bau sampah menyengat para personil damkar tetap semangat dan bisa menyelesaikan tugasnya,”ujarnya
Dalam kesempatan ini dia menjelaskan, dimana para personil damkar termasuk dirinya tidak bisa makan di lokasi lantaran bau sampah di TPA Bakung yang tidak sedap.
” Seminggu total kita di TPa Bakung. Kita sempat shock lah, hari pertama kita datang di TPA Bakung saat perut sudah keroncongan , namun aroma sampah ini sangat menggangu dan membuat beberapa personil tak sanggup menelan makanan, dan pada hari keempat, personil baru bisa menyesuaikan diri dan bisa makan, dilokasi” jelasnya.
Menurutnya, selain bau tak sedap dari sampah ada tiga orang personil yang jatuh sakit dalam proses pemadaman api dan asap di TPA Bakung.
“Untuk kendala asap itu di hari kedua, dimana asap cukup pekat dan angin juga cukup kencang dimana arah angin menuju personil, ada tiga orang yang terpaksa kita tarik mundur dan kita berikan bantuan oksigen dari puskesmas terdekat,” pungkasnya.
Anthoni menyampaikan dari proses pemadaman kebakaran api ini bisa memberikan pengalaman tersendiri bagi para petugas damkar dimana proses pemadaman api di TPA Bakung ini berbeda dengan proses pemadaman api akibat kebakaran bangunan.
“Kita jadi tahu strategi bagaimana cara memadamkan api di TPA Bakung. Banyak faktor yang menyulitkan personil di lapangan, dimana sampah disini kan bentuknya perbukitan tentunya sangat menguras energi. Disisi lain juga di TPA Bakung ini mayoritasnya sampah plastik yang mudah terbakar dan sangat susah di padamkan. Dalam proses ini perlu tahapan-tahapan dan strategi pemadam kebakaran sehingga memakan waktu yang berhari-hari. Proses pemadaman itu harus diatur secara bersama-sama, jika tidak ada salah satu komponen yang tidak melaksanakan fungsinya bisa berakibat hasilnya tidak maksimal,” tuturnya.
Selain itu, lanjutnya, ketika melakukan pemadaman pihak damkar harus melokalisir supaya tidak ada tambahan atau resiko area yang terbakar api dan melakukan pemetaan pelayanan para personil serta bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup untuk melakukan penggalian dan membongkar sampah yang ada bara api di lapisan bawah.
“Kita gunakan alat berat, alat berat ini menggali semacam parit di area yang beresiko terjadinya penyebaran. Kemudian setelah dilakukan penggalian, teman-teman damkar ini melokalisasi dengan menyemprotkan air, supaya tidak cepat menyebar. Setalah kita melokalisir kita secara slimutan melakukan pemadaman dari sisi barat karena banyak mengandung resiko perluasan area yang terbakar, dan kita melakukan pemetaan untuk meletakkan personil dititik rawan agar lebih efektif untuk melakukan upaya pemadaman,” katanya.
Selain petugas damkar, pihaknya juga menerima bantuan dari BPBD kota Bandarlampung, PDAM, DLH, PU, Pelindo, Bukit Asam, dan pihak kepolisian. (Din/N)